I.1. Perbedaan translasi dan konversi antar mata uang asing
v Translasi mata uang asing adalah Proses penyajian ulang
informasi keuangan dari satu mata uang ke mata uang lainnya.
v Konversi antar mata uang asing adalah pertukaran dari
satu mata uang ke mata uang lain secara fisik.
Perbedaannya adalah, Translasi
hanyalah perubahan satuan unit moneter, misalnya pada sebuah necara yang
dinyatakan dalam pound Inggris disajikan ulang ke dalam nilai ekuivalen dolar
AS. Tidak ada pertukaran fisik yang terjadi, dan tidak ada transaksi terkait
yang terjadi. Sedangkan Konversi,
memungkinkan adanya pertukaran fisik yang terjadi dan ada transaksi terkait
yang terjadi.
I.2
Istilah-istilah dalam translasi mata uang asing
1.
Konversi, merupakan pertukaran suatu mata uang
ke dalam mata uang lain.
2.
Kurs kini, merupakan nilai tukar yang berlaku
pada tanggal laporang keuangan yang relevan.
3.
Posisi aktiva bersih yang beresiko, merupakan kelebihan
aktiva yang diukur dalam atau berdenominasi dalam mata uang asing dan di
translasikan dengan menggunakan kurs kini dari kewajiban yang diukur atau
berdenominasi dalam mata uang asing dan ditranslasikan dengan menggunakan kurs
kini.
4.
Kontrak pertukaran forward,merupakan suatu
perjanjian untuk mempertukarkan mata uang dari Negara yang berbeda dengan
menggunakan kurs tertentu (kurs forward) pada tanggal tertentu di masa depan.
5.
Mata uang fungsional, merupakan mata uang utama yang
digunakan oleh suatu perusahaan dalam menjalankan kegiatan usaha. Biasanya mata
uang tersebut adalah mata uang Negara dimana perusahaan itu berlokasi.
6.
Kurs histories, merupakan kurs nilai mata uang asing yang digunakan
pada saat suatu aktiva atau kewajiban dalam mata uang asing dibeli atau
terjadi.
7.
Mata uang pelaporan, merupakan mata uang yang digunakan
perusahaan dalam menyusun laporan keuangan.
8.
Kurs spot, merupakan nilai tukar untuk pertukaran
mata uang dalam waktu segera.
9.
Penyesuaian translasi, merupakan
penyesuaian yang timbul dari proses translasi laporan keuangan dari mata uang
fungsional suatu perusahaan menjadi mata uang pelaporannya.
Daftar istilah translasi mata uang asing yang diadaptasi dari PSAK (SFAS)
no.52, 1981.
1.
Atribut, karakteristik kuantitatif suatu pos
yang diukur untuk keperluan akuntansi. Contoh, biaya histories dan biaya
penggantian yang merupakan atribut suatu aktiva.
2.
Konversi, pertukatan suatu mata uang ke dalam
mata uang lain.
3.
Kurs kini, nilai tukar yang berlaku pada tanggal
laporan keuangan yang relevan.
4.
Diskonto, ketika tingkat pertukaran yang
berikutnya lebih rendah daripada tingkat yang berlaku sekarang.
5.
Posisi aktiva bersih yang beresiko, kelebihan aktiva
yang diukur dalam atau berdenominasi dalam mata uang asing dan ditranslasikan
dengan menggunakan kurs kini dari kewajiban yang diukur atau berdenominasi
dalam mata uang asing dan ditranslasikan dengan menggunakan kurs kini.
6.
Mata uang asing, suatu mata uang selain mata uang yang
digunakan oleh suatu Negara, mata uang selain mata uang pelaporan yang
digunakan oleh perusahaan.
7.
Laporan keuangan dalam mata uang asing, laporan keuangan
yang menggunakan mata uang asing sebagai unit pengukuran.
8.
Transaksi mata uang asing, transaksi (yaitu
penjualan atau pembelian barang atau jasa, atau utang pinjaman atau piutang
usaha) dengan syarat-syarat yang dinyatakan dalam mata uang selain mata uang
fungsional perusahaan.
9.
Translasi mata uang asing, proses untuk
menyatakan jumlah-jumlah yang berdenominasi atau diukur dalam suatu mata uang
ke dalam mata uang yang lain dengan menggunakan kurs nilai tukar diantara dua
mata uang tersebut.
10. Operasi luar negri, suatu operasi yang
menghasilkan laporan keuangan yang (1) dikombinasikan atau dikonsolidasikan
atau diperhitungkan berdasarkan metode ekuitas dalam laporan keuangan
perusahaan pelapor dan (2) disusun dalam mata uang asing selain mata uang
pelaporan perusahaan pelapor.
11. Kontak pertukaran forward, suatu perjanjian
untuk mempertukarkan mata uang dari Negara yang berbeda dengan menggunakan kurs
tertentu (kurs forward) pada tanggal tertentu di masa depan.
12. Mata uang fungsional, mata uang utama
yanga digunakan oleh suatau perusahaan dalam menjalankan kegiatan usaha, dan
dalam menghasilkan atau menggunakan kasnya.
13. Kurs histories, kurs nilai tukar
mata uang asing yang digunakan pada saat suatu aktiva atau kewajiban dalam mata
uang asing dibeli atau terjadi.
14. Mata uang local, mata uang suatu
Negara tertentu yang digunakan; mata uang pelaporan yang digunakan oleh suatu
operasi domestic atau luar negeri.
15. Pos-pos moneter, kewajiban untuk
membayar atau hak untuk menerima sejumlah unit mata uang dalam nilai yang tetap
di masa depan.
16. Mata uang pelaporan, mata uang yang
digunakan perusahaan dalam menyusun laporan keuangan.
17. Tanggal penyelesaian, tanggal saat suatu
utang dibayarkan oleh suatu piutang tertagih.
18. Kurs spot, nilai tukar untuk
pertukaran mata uang dalam waktu segera.
19. Tanggal transaksi, tanggal saat suatu
transaksi dicatat dalam catatan akuntansi perusahaan pelapor.
20. Penyesuaian translasi, penyesuaian yang
timbul dari proses translasi laporan keuangan dari mata uang fungsional suatu
perusahaan menjadi mata uang pelaporannya.
21. Unit pengukuran, mata uang yang digunakan
untuk mengukur aktiva, kewajiban, pendapatan dan beban.
I.3
Perbedaan Keuntungan dan Kerugian Translasi Mata Uang Asing
Jika sudut pandang mata uang local yang
digunakan ( sudut pandang perusahaan local), masuknya penyesuaian translasi
dalam laba berjalan tidak perlu dilakukan. Memasukkan keuntungan dan kerugian translasi
dalam laba akan mendistorsikan hubungan keuangan yang asli dan dapat
menyesatkan para pengguna informasi tersebut. Keuntungan atau kerugian
translasi harus diperlakukan dari sudut pandang mata uang local sebagai
penyesuaian terhadap ekuitas pemilik.
Jika mata uang pelaporan induk perusahaan
merupakan unit pengukuran laporan keuangan yang ditranslasikan ( sudut pandang
induk perusahaan ), sangat disarankan untuk mengakui keuntungan atau kerugian
translasi laba sesegera mungkin. Sudut pandang induk perusahaan melihat anak
perusahaan luar negeri sebagai perluasan dari induk perusahaannya. Keuntungan
dan kerugian translasi mencerminkan kenaikan atau penurunan ekuitas investasi
asing dalam mata uang domestic dan harus diakui.
I.4 Keuntungan dan kerugian translasi mata uang asing
a.
Penagguhan
Perubahan nilai ekuivalen mata uang domestic dari aktiva bersih anak
perusahaan luar negeri tidak direalisasikan dan tidak berpengaruh terhadap arus
kas mata uang local yang dihasilkan dari entitas asing. Penyesuaian translasi
harus diakumulasikan secara terpisah sebagai bagian dari ekuitas konsolidasi.
b.
Pengangguhan dan Amortisasi
Penangguhan keuntungan atau kerugian translasi dan melakukan amortisasi
penyesuaian ini selama masa manfaat pos-pos neraca terkait, terutama yang
terkait dengan utang akan ditangguha=kandan diamortisasi selama umur aktiva
tetap terkait, yaitu dibebankan terhadap laba dengan cara yang sama dengan
beban depresiasi atau ditangguhkan dan diamortisasi selama sisa masa pinjaman
sebagai penyesuaian terhadap beban bunga.
c.
Penangguhan parsial
Keuntungan dan kerugian translasi adalah dengan mengakui kerugian sesegera
mungkin setelah terjadi, tetapi mengakui keuntungan hanya setelah
direalisasikan, hal ini semata-mata hanya karena merupakan keuntungan, tetap
mengabaikan terjadinya perubahan kurs.
d.
Tidak ditangguhkan
Mengakui keuntungan dan kerugian translasi dalam laporan laba rugi sesegera
mungkin. Namun, memasukkan keuntungan dan kerugian translasi dalam laba tahun
berjalan akan memperkenalkan elemen acak ke dalam laba sehingga dapat
menghasilkan fluktuasi laba yang sangat signifikan apabila terjadi perubahan
kurs nilai tukar.
Keuntungan dan
kerugian translasi ini mencerminkan kenaikan atau penurunan ekuitas investasi
dalam mata uang domestic dan harus diakui.
I.5
Pengaruh Metode translasi mata uang asing terhadap Laporan Keuangan
Walaupun
sebagian besar isu teknis dalam akuntansi cenderung terpecahkan dengan
sendirinya sejalan dengan berlalunya waktu, translasi valuta asing terrnyata
merupakan suatu pengecualian. Bahwa tren ini akan terus berlanjut didukung oleh
perkembangan-perkembangan seperti runtuhnya dominasi mata uang dolar,
pergerakan nilai mata uang yang disetujui oleh pemerintah, dan globalisasi
pasar-pasar modal dunia, yang telah meningkatkan pentingnya pelaporan dan
pengungkapan keuangan. Perkembangan-perkembangan seperti ini telah berperan
besar meningkatkan ketertarikan eksekutif-eksekutif keuangan, akuntan, dan
komunitas keuangan pada pentingnya dan konsekuensi-konsekuensi ekonomi dari
translasi valuta asing. Mari kita lihat hakekat dan perkembangan dari teki-teki
akuntansi intemasional ini.
Single Rate Method
Berdasarkan
pendekatan translasi ini, laporan keuangan operasi luar negeri, yang dianggap
oleh perusahaan induk sebagai entitas yang otonom, memiliki domisili pelaporan
mereka sendiri. Ini adalah lingkungan akuntansi lokal tempat dimana perusahaan
afiliasi asing tersebut mentraksaksikan urusan bisnisnya. Untuk mempertahankan
“rasa” lokal dari laporan valuta, suatu cara harus ditemukan agar translasi
bisa dilaksanakan dengan distorsi yang minimal. Cara yang paling baik adalah
penggunaan metode kurs berlaku.
Karena
semua laporan keuangan valuta asing sebenarnya dikalikan dengan suatu
konstansta, metode translasi ini mempertahankan hasil keuangan dan hubungan
asli (misalnya. rasio-rasio keuangan) dalam laporan konsolidasi dari
entitas-entitas individual yang dikonsolidasi. Hanya bentuk perkiraan-perkiraan
luar negeri, bukan hakekatnya, yang berubah dalam metode kurs berlaku.
Meskipun
menarik dan sederhana secara konseptual, metode kurs berlaku dipersalahkan oleh
sebagian orang karena merusak tujuan dasar dari laporan keuangan konsolidasi,
yaitu karena menyajikan, untuk keuntungan pemegang saham perusahaan induk,
hasil-hasil operasi dan posisi keuangan perusahaan induk dan
perusahaan-perusahaan anaknya dari perspektif valuta tunggal yaitu.
mempertahankan valuta pelaporan perusahaan induk sebagai unit pengukuran. Dalam
metode kurs berlaku, hasil-hasil konsolidasi akan mencerminkan
perspekfif-perspektif valuta dari masing-masing negara tempat dimana
perusahaan-perusahaan anak berada. Misalnya, jika sebuah aktiva dip=roleh
sebuah perusahaan anak di luar negeri seharga VA 1,000 ketika kursnya adalah VA
1=$1, maka biaya historisnya dari perspektif dolar adalah $1.000; dari
perspektif valuta lokal juga $1,000. Jika kurs berubah menjadi VA 5 = $1, biaya
historis aset tersebut dari perspektif dolar (translas’ biaya historis) tetap
$1,000. Jika valuta lokal tetap dipertahankan sebagai unit pengukuran, nifai
aset akan diekspresikan sebesar $200 (translasi kurs berlaku).
Metode
kurs berlaku juga dipersalahkan karena mengasumsikan bahwa semua aktiva-valuta
lokal dipengaruhi oleh risiko nilai tukar (yaitu, mengasumsikan bahwa fluktuasi
valuta domestik yang ekivalen, yang disebabkan oleh fluktuasi kurs translasi
berjalan, merupakan indikator perubahan nilai intrinsik aktiva-aktiva
tersebut). Hat ini jarang benar karena nilai persediaan dan aktiva-aktiva tetap
di luar negeri umumnya didukung oleh inflasi lokal.
Multiple Rate Methods
Metode-metode
kurs berganda mengkombinasikan nilai tukar berjalan dan historis dalam proses
translasi. 3 metode semacam itu akan dibahas berikut ini.
Metode
berlaku-historis. Berdasarkan pendekatan berlaku-historis, yang populer di AS
dan ditempat-tempat lain sebelum tahun 1976, aktiva lancar dan kewajiban lancar
sebuah perusahaan anak di luar negeri ditranslasikan kedalam valuta pelaporan
perusahaan induknya dengan menggunakan kurs berlaku. Aktiva dan kewajiban
non-lancar ditranslasikan dengan kurs historis.
Item-item
laporan laba-rugi, kecuali beban depresiasi dan amortisasi, ditranslasikan
dengan kurs rata-rata masing-masing bulan operasi atau dengan basis rata-rata
tertimbang dari seluruh periode yang akan dilaporkan. Beban depresiasi dan
amortisasi ditranslasikan dengan memakai kurs historis yang berlaku pada saat
aset yang bersangkutan diperoleh.
Metodologi
ini, sayangnya, memiliki sejumlah kelemahan. Misalnya, metode ini kurang
memilik justifikasi konseptual. Definisi-definisi yang ada mengenai aktiva dan
kewajiban lancar dan non-lancar tidak menjelaskan mengapa cara klasifikasi
seperti itu menentukan kurs mana yang akan digunakan dalam proses transiasi.
Metode
moneter-nonmoneter. Seperti halnya metode berlaku-historis, metode
moniter-nonmoneter memakai pola klasifikasi neraca untuk menentukan kurs
translasi yang tepat.
Karena
item-item moneter diselesaikan dalam kas; pemakaian kurs berlaku untuk
mentranslasikan item-item valuta asing menghasilkan valuta domestik ekivalen
yang mencerminkan nilai realisasi atau nilai penyelesaiannya.
Metode
Temporal Menurut pendekatan temporal, translasi valuta merupakan suatu proses
konversi pengukuran (yaitu, penyajian ulang nilai tertentu). Karena itu, metode
ini tidak dapat digunakan untuk mengubah atribut suatu item yang sedang diukur;
metode ini hanya dapat mengubah unit pengukuran. Translasi saldo valuta asing,
misalnya, hanya mengubah (restate) denominasi persediaan. tidak penilaian
aktualnya. Dalam GAAP AS, aktiva kas diukur berdasarkan jumiah yang dimiliki
pada tanggal neraca. Piutang dan hutang dinyatakan dalam jumlah yang diharapkan
akan diterima atau dibayar pada saat jatuh tempo. Kewajiban dan aktiva lain
diukur pada harga yang berlaku ketika item¬item tersebut diperoleh atau terjadi
(harga historis). Meskipun begitu, beberapa diantaranya diukur berdasarkan
harga yang berlaku pada tanggal laporan keuangan (harga berjalan), seperti
persediaan dibawah aturan biaya atau pasar. Pendek kata, ada dimensi waktu yang
berkaitan dengan nilai-nilai uang ini.
Menurut
Lorensen, cara terbaik untuk mempertahankan basis-basis akuntansi yang
digunakan untuk mengukur item-item valuta asing adalah dengan mentranslasikan
jumlah uang luar negerinya dengan kurs yang berlaku pada tanggal pengukuran uang
luar negeri berlangsung. Prinsip temporal dengan demikian menyatakan bahwa
uang,
piutang, dan hutang yang diukur pada jumlah yang dijanjikan seharusnya
ditranslasikan memakai kurs yang berlaku pada tanggal neraca. Aktiva dan
kewajiban yang diukur pada harga uang seharusnya ditranslasikan memakai kurs
yang berlaku pada tanggal yang berkenaan dengan harga uang tersebut.
Metode
translasi dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis metode yang menggunakan kurs
translasi tunggal untuk menyajikan ulang saldo dalam mata uang asing ke dalam
nilai ekuivalen dalam mata uang domestic atau metode yang menggunakan berbagai
macam kurs.
1. Metode Kurs Tunggal
Metode ini sudah lama popular di Eropa, menerapkan suatu kurs nilai tukar,
yaitu kurs terkini dan kurs penutupan, untuk seluruh aktiva dan kewajiban
lancer. Pendapatan dan beban dalam mata uang asing umumnya ditranslasikan
dengan menggunakan kurs nilai tukar yang berlaku pada saat pos-pos tersebut
diakui. Namun demikian untuk memudahkan pos-pos ini umumnya ditranslasikan
dengan menggunakan rata-rata tertimbang kurs nilai tukar yang tepat untuk
periode tersebut. Laporan keuangan sebuah operasi asing memiliki domisili
pelaporannya sendiri, lingkungan mata uang local di mana perusahaan afiliasi
asing melakukan usahanya. Suatu aktiva atau kewajiban dalam mata uang asing
dikatakan menghadapi resiko mata uang asing jika ekuivalen dalam mata uang
digunakan untuk mentranslasikan aktiva atau kewajiban tersebut.
2. Metode Kurs Berganda
Metode Kurs Berganda menggabungkan kurs nilai tukar histories dan kurs nilai
tukar kini dalam proses translasi.
3. Metode Kini-Nonkini
Berdasarkan Metode Kini-Non Kini, aktiva lancar dan kewajiban lancer anak
perusahaan luar negeri ditranslasikan ke dalam mata uang pelaporan induk
perusahaannya berdasarkan kurs kini. Aktiva dan kewajiban tidak lancer
ditranslasikan berdasarkan kurs histories. Pos-pos laporan laba rugi (kecuali
beban depresiasi dan amortisasi) ditranslasikan berdasarkan kurs rata-rata yang
berlaku dalam setiap bulan operasi atau berdasarkan rata-rata tertimbang selama
keseluruhan periode pelaporan. Beban depresiasi dan amortisasi ditranslasikan
berdasarkan kurs histories yang tercatat saaat aktiva tersebut diperoleh.
Namun demikian, metode ini tidak mempertimbangkan unsur ekonomis. Menggunakan
kurs akhir tahun untuk mentranslasikan aktiva lancer secara tidak langsung
menunjukkan bahwa kas, piutang, dan persediaan dalam mata uang asing sama-sama
menghadapi resiko nilai tukar.
4. Metode Moneter-Nonmoneter
Metode Moneter-Non Moneter juga menggunakan skema klasifikasi neraca unutk
menentukan kurs translasi yang tepat. Aktiva dan kewajiban moneter
ditranslasikan berdasarkan kurs kini. Pos-pos non moneter aktiva tetap,
investasi jangka panjang, dan persediaan investor ditranslasikan dengan menggunakan
kurs histories. Pos-pos laporan laba rugi ditranslasikan dengan menggunakan
prosedur yang sama dengan yang dijelaskan untuk konsep kini-non kini.
5. Metode Temporal
Dengan menggunakan metode temporal, tranlasi mata uang merupakan proses
konversi pengukuran atau penyajian ulang nilai tertentu. Metode ini tidak
mengubah atribut suatu pos yang diukur, melainkan hanya mengubah unit
pengukuran. Translasi saldo-saldo dalam mata uang asing menyebabkan pengukuran
ulang denominasi pos-pos tersebut tetapi bukan penilaian sesungguhnya.
Berdasarkan GAAP AS, kas diukur berdasarkan jumlah yang dimiliki pada tanggal
neraca. Piutang dan utang dinyatakan sebesar jumlah yang diperkirakan akan
diterima atau akan dibayar pada saat jatuh temponya.
I.6. Evaluasi dan
pemilihan metode translasi mata uang asing
Berdasarkan metode
temporal, pos-pos moneter seperti kas, piutang, dan utang ditranslasikan
berdasarkan kurs kini. Pos-pos moneter ditranslasikan dengan kurs yang
mempertahankan dasar pengukuran pada awalnya. Secara khusus, aktiva yang
nilainya dalam laporan mata uang asing sebesar biaya histories, ditranslasikan
berdasarkan kurs histories. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan biaya
histories dalam mata uang asing yang ditranslasikan dengan kurs nilai tukar
histories menghasilkan biaya histories dalam mata uang domestik.
Keempat metode yang
dibahas pada satu waktu pernah digunakan di Amerika Serikat dan dapat ditemukan
hingga hari ini di berbagai Negara. Secara umum, metode ini menimbulkan hasil
translasi mata uang asing yang cukup berbeda. Ketiga metode yang pertama
(metode kurs kini, metode kini-non-kini, dan metode moneter-non-moneter)
digunakan dalam mengidentifikasikan aktiva dan kewajiban manakah yang beresiko
atau dapat dilindungi dari resiko mata uang asing. Kemudian, metode translasi
diterapkan secara konsisten dengan memperhatikan perbedaan tersebut.
MANA YANG TERBAIK?
KURS KINI YANG TEPAT
Sejauh ini istilah kurs nilai tukar yang digunakan dalam metode translasi
mengacu pada histories atau kurs kini. Kurs rata-rata sering digunakan dalam
laporan laba rugi untuk pos-pos beban. Beberapa Negara menggunakan kurs nilai
tukar yang berbeda untuk transaksi yang berbeda. Dalam situasi ini harus
dipilih beberapa kurs nilai tukar yang ada. Beberapa alternative yang disarankan
adalah:
1. kurs pembayaran dividen
2. kurs pasar bebas, dan
3. kurs penalty atau preferensi yang dapat digunakan, seperti yang terkait
dalam kegiatan ekspor impor.
I.7. Hubungan
translasi mata uang asing dengan inflasi
Penggunaan kurs kini untuk mentranslasikan biaya perolehan aktiva
non-moneter yang berlokasi di lingkungan berinflasi pada akhirnya akan
menimbulkan nilai ekuivalen dalam mata uang domestik yang jauh lebih rendah
dari pada dasar pengukuran awalnya. Pada saat yang bersamaan, laba yang ditranslasikan
akan jauh lebih besar sehubungan dengan beban depresisasi yang juga lebih
rendah. Hasil translasi seperti itu dengan mudah dapat lebih menyesatkan
pembaca ketika memberikan informasi kepada pembaca. Penilaian dolar yang lebih
rendah biasanya merendahkan kekuatan laba akutal dari aktiva luar negeri yang
didukung oleh inflasi lokal dan rasio pengembalian atas investasi yang
terpengaruh inflasi di suatu operasi luar negeri dapat menciptakan harapan yang
palsu atas keuntungan masa depan.
FASB menolak penyesuaian inflasi sebelum proses translasi, karena
penyesuaian tersebut tidak konsisten dengan kerangka dasar penilaian biaya
historis yang digunakan dalam laporan keuangan dasar di AS. Sebagai solusi FAS
No 52 mewajibkan penggunaan dolar AS sebagai mata uang fungsional untuk operasi
luar negeri yang berdomisili dilingkungan dengan hiperinflasi. Prosedur ini
akan mempertahankan nilai konstan ekuivalen dolar aktiva dalam mata uang asing,
karena aktiva tersebut akan ditranslasikan menurut kurs historis. Pembebanan
kerugian translasi atas aktiva tetap dalam mata uang asing terhadap ekuitas
pemegang saham akan menimbulkan pengaruh yang signifikan terhadap rasio
keuangan. Masalah translasi mata uang asing tidak dapat dipisahkan dari masalah
akuntansi untuk inflasi asing.
KOMENTAR
Menurut
saya dengan adanya translasi mata uang asing akan memudahkan kita untuk melihat
laporan keuangan dalam bentuk lain mata uang (selain mata uang yang biasa
disajikan) terutama khususnya investor (investor asing) yang ingin melihat kondisi
perusahaan yang dilihat dari laporan keuangannya. Tentu saja hal ini merupakan
hal yang penting dan berguna karena memudahkan investor dalam membaca laporan
keuangan tersebut. Namun adanya translasi mata uang ini juga menimbulkan
beberapa kontroversi seperti nilai tukar tidak pernah stabil, fluktuasi mata uang meningkatkan
nilai tukar mata uang asing yang dapat digunakan pada proses translasi mata
uang asing serta menciptakan keuntungan dan kerugian atas translasi mata uang
asing.
Sedangkan kurs mana yang terbaik? Kurs kini yang tepat. Sejauh ini istilah
kurs nilai tukar yang digunakan dalam metode translasi mengacu pada histories
atau kurs kini. Kurs rata-rata sering digunakan dalam laporan laba rugi untuk
pos-pos beban. Beberapa Negara menggunakan kurs nilai tukar yang berbeda untuk
transaksi yang berbeda.